Muh. Yusuf

Ungkapan masyarakat madani dapat diberi makna masyarakat yang beradab, masyarakat yang berperadaban, atau masyarakat yang berbudaya, yang di dalamnya manusia benar-benar diperlakukan sebagai manusia

Minggu, 28 Juli 2013



Inilah 9 Makna Penting Ramadhan

Ramadhan (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.

Fadhilat Hauqalah "La Hawla Wala Quwwata Illa Billah"



Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang mengucapkan La Haula Wala Quwwata illa billahi, maka ia akan menjadi ubat kepada 99 penyakit. Yang paling ringan adalah kebimbangan”. (Hadis Riwayat Tabrani)

Hadis ini adalah riwayat at-Tabarani dalam al-Awsath dan al-Hakim yang berbunyi: “Man Qala La Haula wala Quwwata Illa Billahi Kana dawa’an min tis’atin wa tis’iina da’in, aisaruha al-Hammu” dan maksudnya adalah seperti di atas.

Intipati hadis tersebut adalah umat Islam digalakkan untuk tabah dan berusaha merawat penyakit asalkan mengikut peraturan agama. Penyakit yang dimaksudkan itu ada terkandung dalam beberapa ayat al-Quran dan hadis Rasulullah SAW.
Daripada Anas, bahawa Rasulullah SAW berdoa dengan doa: “Allahumma innii ‘auuzhu bika minal barashi wal junuuni wal-juzaami wa sayyi’il asqaam (yang bermaksud: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, penyakit kusta dan penyakit-penyakit yang berat).” (Hadis Riwayat Abu Daud)

Begitu juga hadis riwayat Abu Daud menyebut bahawa Rasulullah SAW berdoa: “Allahuamma Inni a’uuzu bika minal hammi wal hazan, wa ‘auuzhubika minal ‘ajzhi wal kasal, wa’auuzhu bika minal Jubni wal-Bukhl, wa’uuzhubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal (yang bermaksud: “Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu daripada penyakit gelisah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu daripada penyakit lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada pengecut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu daripada timbunan hutang dan penindasan orang.”
Apa yang penting pada hadis berkenaan ialah untuk menyatakan kelebihan dan manfaat besar kepada orang yang banyak menyebut ‘La Haula Wala Quwwata Illa Billah’. Maksudnya tiada daya dan kekuatan (untuk menolak sesuatu kemudaratan dan mendatangkan suatu yang manfaat) selain Allah SWT.

Ucapan itu dinamakan Hauqalah. Apabila kita ditimpa sesuatu yang kita tidak sukai, banyakkan menyebut hauqalah.  Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah kalimah yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahawa kita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah SWT juga.

Dalam sebuah hadis menyebut daripada Abu Zar, beliau berkata: “Aku berjalan di belakang Rasulullah SAW, lalu Baginda berkata kepadaku: “Wahai Abu Zar, mahukah aku tunjukkan kepada kamu satu perbendaharaan daripada beberapa perbendaharaan syurga? Aku berkata: Mahu ya Rasulullah. Baginda bersabda: “La Haula wala Quwwata illa billah.”

Begitu juga hadis daripada Abu Musa, beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Mahukah aku tunjukkan salah satu perbendaharaan dari perbendaharaan syurga? Saya menjawab: “Mahu ya Rasulullah. Kemudian Baginda bersabda: La haula wala quwwata illa billah.”

Daripada Ibnu Mas’ud beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Wahai Muaz, adakah kamu tahu tafsir (maksud) La haula wala quwwata illa billah? Muaz menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah SAW bersabda: La haula (tiada daya) dari menghindari maksiat kepada Allah melainkan dengan kekuatan Allah, wala quwwata (tiada kekuatan) atas mentaati Allah melainkan dengan pertolongan Allah SWT. Kemudian Rasulullah SAW menepuk bahu Muaz dan Baginda bersabda: “Demikianlah yang diberitahu oleh kekasihku Jibril daripada Tuhan.”

Sebenarnya apabila kita banyak menyebut Allah SWT atau berzikir mengingati-Nya sebanyak-banyaknya, ia mampu menjadi penyembuh, tetapi sekiranya kita banyak ingat kepada manusia ia boleh menjadi penyakit.

Kamis, 25 Juli 2013

Sejarah Singkat Imam Bukhari

Sejarah Singkat Imam Bukhari

Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya “Islam in the Sivyet Union” (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
Keluarga dan Guru Imam Bukhari
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kejeniusan Imam Bukhari
Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja “diputar-balikkan” untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Selain terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.
Karya-karya Imam Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama”.
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”
Dalam menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: “Aku susun kitab Al Jami’ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”
Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : “Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : “Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya.”
Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami’ as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, “perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan “Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau “Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.”
Disela-sela kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits
Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami’ as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab “Al-Jami ‘as-Shahih”.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. “Saya susun kitab Al-Jami’ as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih”. Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. “Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih”, katanya suatu saat.
Di belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami’ as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu’allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Terjadinya Fitnah
Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah.” Di lain kesempatan, ia berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, ia adalah pendusta.”
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
diambil dari : http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_bukhari.htm

Selasa, 02 April 2013

J u d u l                         : PENERAPAN COOPERTIF LEARNING MODEL INSIDE - OUTSIDE - CIRCLE DENGAN MENGUNAKAN LKS DALAM BENTUK GAMBAR BERSTRUKTUR  DALAM  IPS. SEJARAH
                                                   (Tulisan ini akan dijadikan sebagai Classroom Action research pada SMP Model terpadu Madani Palu)
                                                  

Nama Penulis                      :    MUH. YUSUF
Alamat Unit                        :    Prum. BTN Palupi PUSKUD C2 No 3 Palu
Karya Tulis ini diangkat dengan judul tersebut di atas dengan latarbelakang bagaimana pentingnya peran guru dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan daya tarik dan minat belajar siswa dalam suatu mata pelajaran, tujuan secara umum meningkatkan kualitas pendidikan dengan obyek siswa yang berbeda baik kemampuan kognitifnya maupun kemampuan memiliki sumber pelajaran. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media LKS Gambar berstruktur dalam proses Cooperatif Learning model Inside-Outside-Circle. Oleh karena itu IPS. Sejarah khususnya dipandang sebagai suatu sistem, maka diutamakan disini adalah proses dalam pembelajaran, ini sangat relevan dengan Pembelajaran Kontekstual (CTL). Implementasi dari pendekatan ini memberikan indikasi bertambahnya minat belajar, membuka wawasan siswa jauh ke depan bagaimana pentingnya belajar sejarah. Dalam hal ini pelaksanaan karya tulis pada SMP Model Madani Palu Inyaalah akan memberikan kostribusi pengembangan sekolah tersebut wabilkhusus dalam proses pemeblajaran Sejarah yang dipandang kebanyak orang atau oleh siswa itu sendiri sebagai mata pelajaran yang kurang penting.. Pendidikan yang berorientasi pada Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi siswa untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada wawasan kompetensi dan paling tidak kalah pentingnya dalam Pembelajaran Sejarah tidak konvensional tetapi membelajarkan sejarah  secara rasional bukan menghafal fakta. Sejarah harus selalu memandang Tri dimensinya yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang  maka dalam pembelajarannya bagaimana membelajarkan siswa dengan melihat kenyataan sejarah masa lalu untuk dipelajari masa kini demi kehidupannya masa yang akan datang. “Historia Magistrata Vitae” artinya Sejarah adalah guru besar dalam kehidupan ummat manusiai.

I . PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, tentu tidak terlepas dari berbagai potensi atau beberepa komponen pendidikan yang saling berkaitan dan memerlukan pengamatan terhadap semua tatanan komponen pendidikan, guru yang diduga memiliki konstribusi signifikan terhadap  mutu pendidikan di Indonesia.dan siswa harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan social tertentu, jenis kegiatan, dan fasilitas yang cukup.
      Dari pengamatan potensi yang ada, maka yang amat penting adalah kemampuan guru mengelolah proses pembelajaran secara baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang terkonsep dalam kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah, adalah potensi yang amat integral terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Dan guru sebagai dinamisator  kurikulum dan bahan ajar  dan penggunaan fasilitas yang ada.
                  Kemampuan guru yang dimaksud adalah segenap wawasan, inovatif, dan keterampilan menata dan mengelolah segala elemen yang berhubungan dengan proses pembelajaran termasuk keterampilan menggunakan media pembelajaran secara optimal dan bahkan guru harus mampu berinovatif yang menunjang tercapai tujuan tersebut.
      Berdasarkan paparan diatas, jelaslah bahwa untuk meningkatkan minat belajar peserta didik, guna mencapai tujuan belajar yang maksimal, maka guru dituntut untuk berkreatif, berinovatif, seperti memperkenalkan media-media yang baru dan dan sangat dituntut untuk menciptakan media. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang ditempuh dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya terhadap perolehan nilai belajar siswa untuk mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Model Madani adalah penggunaan media/alat berupa LKS gambar (Chart) berstruktur dalam proses belajar mengajar bahkan akan dibentuk sebuah wahana dalam bentuk Musium Mini sebagai tempat proses pembelajaran, karena kemampuan siswa menerima materi pelajaran memiliki tipe belajar siswa yang berbeda, yakni tipe belajar visual, auditif, tipe psikomotor, dan tipe campuran.
      Selain dari itu pemerintah selalu berusaha bagaimana meningkatkan kemampuan guru dengan mengadakan, baik yang istilah penataran di masa Orde Baru sampai sekarang dengan disebut pelatihan guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi yang dirancang berdasarkan kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh guru. Adapun unsur pokok dalam program tersebut adalah terintegrasinya bidang-bidang ilmu dan aspek-aspek yang membentuk kompetensi guru yang di dalamnya terdapat berbagai Strategi pembelajaran seperti yang dikenal sekarang Pembelajaran Kontextual Teaching And Learning (CTL) dan senapas dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sekarang sudah melahirkan KTSP  yang akan menciptakan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Kata Media berasal dari kata Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam Bahasa Arab, media adalah perantara (ﻠﺀﺎﺳﻭ).(Azhar Arsyad 2002:3)
       Heinich, dkk (1982) Mengemukakan istilah Medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto radio, rekaman audio, gambar yang diprokyeksikan , bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Dan apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. (Azhar Arsyad 2002:4)
            Istilah media pendidikan mengandung pengertian sebagai konsep integrative approat atau pendekatan terpadu dalam desain instruksional. Ini berati bahwa tanpa penggunaan media, maka penyampaian materi akan mengalami hambatan. Dapat dirasakan pula bahwa pembelajaran yang memanfaatkan media akan lebih banyak memberikan motivasi belajar bagi siswa di kelas. Oleh karena itu media tidak dapat dipisahkan dalam proses pemebelajarn di kelas.
            Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar atau illustrasi, sketsa/gambar garis, gerafik, bagan, Chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan illustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek atau situasi, hal ini sangat relevan dengan pembelajaran Contextual Teacing and Learning dimana siswa didekatkan pada pemebelajaran dalam kaitannya dengan kenyataan.
            Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah Konsep Belajar yang membantu Guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa  dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan  yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menegah,2003:1)
CTL dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran, yakni :
1.      Konstrutivisme
2.      Bertanya ( Questioning)
3.      Menemukan (Inquiri)
4.      Masyarakat Belajar (Learning Commonity)
5.      Permodelan (Modeling)
6.      Refleksi Reflektion)
7.      Penilaian Sebenarnya Autentic Asessmen).
      (Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menengah,2003:10)
            Dalam penerapan Cooperatif Learning dipilih satu model pembelajaran dari berbagai model-model pembelajaran seperti Model Jigsaw dan Numberel Heads Together, dan Insise – Outside – circle harus disesuaikan dengan materi yang akandisampaikan, maka yang akan dipilih untuk dalam penulisan ini adalah Inside-outside-circle uantuk menarik minat dan peningkata pemahaman pembelajran Sejarah.
            Melalui penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside – Outside - Cirle siswa dapat memperluas wawasan penganlisaan melalui gambar dan saling membantu, saling tukar menukar pengalaman atau pemikiran untuk memperdalam pengetahuan dengan saling mengiformasikan pengetahuan dan saling menghargai pendapat diantara sesama teman temannya.
            Penggunaan media pendidikan hendaknya bukan hanya sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu dapat membantu siswa dalam proses belajar baik sebagai individu maupun kelompok, dengan demikain guru harus menyadari dirinya, profesinya secara jelas dan mendalam sehingga kompetensi dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
            Bedasarkan hala-hal tersebut diatas maka penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang efektif untuk mangatasi masalah yang umum menilai pembelajaran Sejarah sebagai suatu bidang ilmu yang tidak penting yang secarah mutlak nilai pemblajaran Ilmu sosial khususnya Sejarah rendah. Melalui penerapan ini dengan bersumber pada media dapat dilihat secara langsung dengan pengamatan dan saling tukar informasi, saling harga menghargai jauh lebih bermakna dari pada pembelajaran yang secara kompensional secara monoton metode retorika ceramh.
             

B.  Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang  tersebut di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah yang dapat menghambat proses belajar mengajar, dengan rumusan sebagi berikut :
  1. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan daya tarik atau minat belajar siswa terhadap Mata IPS Sejarah 
  2. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan Daya serap dan perolehan nilai terhadap mutu pelajaran PS Sejarah
  3. Bagaimana kemampuan guru menggunakan media  dalam proses belajar mengajar PS Sejarah.

C.  Hipótesis Tindakan

            Berdasarkan rumusan permasalan diatas, maka penulis memperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang diterapkan dalam penulisan ini merupakan salah satu aletrnatif dalam upaya meningkatkan daya tarik/minat belajar siswa  untuk mebuka wawasan siswa bagaimana pentingnya belajar sejarah uantuk dimasa depan yang akan mempengaruhi peningkat proleha nilai bajar siswa.


D.    Tujuan Penelitian

Dengan berbagai permasalahan dalam pendidikan khususnya pembelajaran IPS Sejarah, mengakibatkan rendahnya pencapaian ketuntasan belajar atau daya serap siswa tidak maksimal. Oleh karena itu kepada guru sebagai pengelolah kegiatan belajar perlu mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.                                                                 Melalui penulisan  ini diharapkan dapat membantu untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar. Dengan demikian melalui tulisan  ini tujuan yang diharapkan adalah :
1.  Mengetahui penggunaan media LKS gambar berstruktur dapat/tidak meningkatkan daya tarik atau minat belajar IPS Sejarah.                                                                
2. Mengetahui pengaruh penggunaan media/ alat Bantu gambar terhadap usaha peningkatan mutu pendidikan di SMP Model Terpadu palu
  1. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berinovatif atau dapat menciptakan nuansa baru dalam kegiatan proses belajar mengajar                                                                                                                                                                        
E.  Manfaat Penelitian  
            Pelaksanaan penulisan ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berarti bagi perorangan dan istitusi berikut :
1. Bagi guru :                                                                                                                      Yakni guru dapat mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan media LKS Gambar Berstruktur model Inside-Outside-Circle sebagai langkah dalam Pembelajaran.                                                                             
2. Bagi siswa :                      
            Yakni dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah setelah  digunakan media tersebut sebagai alat Bantu untuk dapat menganlisa dan mebuka wawasan dan saling menghargai
3. Bagi SMP Model Madani
            Yakni akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Sejarah.




















II. KAJIAN PUSTAKA

1.      Pembelajaran Sejarah sebagai wahana wawasan pemikiran kedepan dengan Learnig Commoniti yang lebih dikenal Coopertive Learning.

              Banyak kalangan yang menilai pelajaran Sejarah hanya merupakan megingatkan masa lalu yang tidak sebagian kecil bahkan melahirkan suatu dendam komoniti terhadap sesuatu atau individu, masa, atau komnitas lainnya yang secara mutlak akan melahirkan kompik yang berkepanjangan. Wabilkhusus kalangan siswa atau generasi muda kita yang kita hadapi sebagai seorang guru menganggab Pelajaran Sejarah hanya sebuah cerita masa lalu yang menjadi beban hapalan yang tidak mempunyai arti sehingga muncul dalam sebuah promosi Permen di media elektronik yaitu Poertanyaan oleh serang Guru SejarahAnak-anak kenapa Pattimura dapat tertangkap” dijawabnya dengan nada spontanitas dan rasa malu-malu ataukah sinis ”takdir pak” . Dan lebih mengurangi minat belajar siswa dengan adanya kebijakan pemerintah dalam merancang pendidikan dengan hanya 3 mata pelajaran dalam Ujian Nasional meberikan dapak kurang termotivasi siswa terhadap pelajaran diluar Ujian Nasonal karena menjadi kebanyakan siswa meniali Belajar itu hanya sebagai persiapan untuk menghadai Ujian, pada hal pada hakekatnya belajar adalah untuk dibutuhan dalam kehidupan di masa yang akan datang, maka disinilah letaknya peranan Mata Pelajaran Sejarah.
              I Gde Widja dalam Idrus (PTK)(2005 : 6) mengemukakan bahwa kalau dicermati praktek-praktek pengajaran Sejarah di Sekolah, sering memunculkan kesan tidak menarik bahkan cendrugan membosankan, karena guru Sejarah hanya hanya memberikan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka. Pelajaran Sejarah hanya pengulangan pelajaran sejak dari SD sampai Perguruan Tinggi, model dan teknik pengajarannya hanya monoton atau tidak pernah berubah, sehingga lahirlah kesan bahwa mengajar sejarah itu sangat mudah.
              Sanusi dalam Idrus (2005 : 6) berkesimpulan bahwa para siswa umumnya mempelajari sejarah hanya karena akan diujikan dan semata-mata untuk memperoleh nilai yang baik. Oleh karena itu sangat dituntut seorang guru lebih banyak berinovati dalam rangka ememksimalkan hasil pembelajaran. Guru sejarah khususnya harus mempunayai kompetensi yang tinggi untuk dapat memahami bagaimana pembelajaran seharusnya, memahami sejarah itu dalam rangaka megambil hikmanya apa yang seharusnya yang dilakukan kedepan (Historia Magistrata Vitae). Sejarah adala Guru besar dalam kehidupan manusia.
              Untuk menarik minat belajar siswa guru sejarah harus meningkatkan cara mengajanya dengan menggunakan berbagai startegi dan lebih memahami dimensi sejarah itu sendiri. Penerapan strategi atau model-model yang tepat sesuai dengan materi atau situasinalnya akan memberikan dampak yang maksimal terhadap hasil pembalajaran, sehingga Sartono Kartodirjo dalam I Gde Widja dalam Idrus PTK (2005 ; 7) berpendapat bahwa sejarah dapat berfungsi dalam pendidikan apabila menyesuaikan dengan situasi sosial dewasa ini, dan jika Studi sejarah terbatas pada pengetahuan fakta-fakta maka akan manjdi steril dan mematiakan minat terhadap sejarah. Seiring dengan pola pikir tersebut, I Gde Widja dalm Idru PTK (2005 : 7) menganalisis lebih lanjut bahwa bahwa dalam prosfektif baru, pendidikan sejarah itu harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Eksistensi palajaran sejarah hanya sebuah pelajaran yang menjadi beban siswa untuk menghapal pakta menajdi pile-pile menberatkan memori kan menjadi errol, ketika guru tidak membuka alam pikiran siswa dengan melihat kenyataan sejarah sebagai pembelajaran di masa yang akan datang. Dimensi Sejarah yang dikenal Tri dimensi Sejarah yaitu belajar dari masa lalu penerapan masa kini merai prestasi  dalam rangka mencapai prestise masa akan datang.
              Muslimin Ibrahim (2000 : 15) Pengalaman memberikan banyak sumbangan terhadap apa yang dipelajari seseorang.
              Dalam pembelajaran sejarah harus melibatkan siswa secara keseluruhan dengan tidak hanya berdasarkan satu pendekatan pembelajaran tetapi menerapkan berbagai model pembelajaran. Untuk melibatkan siswa secara maksimal tepat menggunakan Coperatif Learnig. Sebagaimana dikemukakan Muslimin Ibrahim (2000 : 15)  Salah satu efek penting model pembelajaran koopertif ialah penerimaan yang luas terhadap orangyang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, mapun ketidak mapuan.

2. Model Inside-outside-Circle dalam Pembelajaran Coopertive learning sebuah solusi untuk menarik   minat belajar siswa.
          Kata Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ; gairah; keinginan.
Sesuatu yang sangat dinginkan memungkinkan seseorang untuk melakukan usaha yang keras untuk mencapainya dan ketercapain itu pasti yang diharapkan adalah hasil yang maksimal.           
          Sardiman (2005 : 21) yang dimaksudkan Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berati usaha nengubah tingka laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi berbentuk kecakapan , sikap, pengertian, harga diri, minat, watak penyesuaian diri.
          Beberapa rumusan tentang belajar dikemukakan oleh Rusyam, dkk (1992 : 7-9)
a.       Belajar adalah suatu proses perubahan tingka laku.
b.      Belajar adalah motivasi atau mempertegas kelakuan melalui pengalaman.
c.       Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingka laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengembangan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuandan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan.
Mianat Belajar adalah sesuatu yang dinginkan terjadi suatu perubahan yang maksimal, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut menjadi yakin dapat memaksimalkan minat dengan menerapkan Model Inside-outside-circle dalam Pembelajaran Coopertive learning.
Penulisan ini mengambil Pembelajaran Coopertive learning karena memiliki dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa sebagai mana Tanewy Gerson Ratumanan .
Inside- Outside-Circle
Model Inside-Outside-Circle yang biasa disebut Lingkaran kecil lingkaran besar atau kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar adalah sala satu model pembelajaran dari 14 model dikembangkan dalam Anita Lie (2004 : 55 – 71). Model Inside-Outside-Circle di kembangkan oleh Spenser Kagang dalam Anita Lie (2004 : 65) Untuk memberikan kesmpatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagai mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, Agama, Matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan tekhnik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan infomasi antar siswa.
Anita Lie (2004 : 65) Salah satu keunggulan teknik adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengeloh informasi dan meningkatkan keterampilan berkomonikasi.
Langka-langka penerapan model Inside-Outside-Circle menurut Anita Lie 92004 : 65) sebagai berikut  :
          Lingkaran Individu
1.      Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
2.      Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
3.      Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4.      Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatka pasangan yang baru untuk berbagi.
5.      Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya.
          Lingkaran Kelompok
1.      Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar. Kelompok yang lain berdiri di lingkaran besar.
2.      Kelompok berputar seperti prosedur Lingkaran Individu yang di jelaskan di atas dan saling berbagi.