Muh. Yusuf

Ungkapan masyarakat madani dapat diberi makna masyarakat yang beradab, masyarakat yang berperadaban, atau masyarakat yang berbudaya, yang di dalamnya manusia benar-benar diperlakukan sebagai manusia

Selasa, 02 April 2013

J u d u l                         : PENERAPAN COOPERTIF LEARNING MODEL INSIDE - OUTSIDE - CIRCLE DENGAN MENGUNAKAN LKS DALAM BENTUK GAMBAR BERSTRUKTUR  DALAM  IPS. SEJARAH
                                                   (Tulisan ini akan dijadikan sebagai Classroom Action research pada SMP Model terpadu Madani Palu)
                                                  

Nama Penulis                      :    MUH. YUSUF
Alamat Unit                        :    Prum. BTN Palupi PUSKUD C2 No 3 Palu
Karya Tulis ini diangkat dengan judul tersebut di atas dengan latarbelakang bagaimana pentingnya peran guru dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan daya tarik dan minat belajar siswa dalam suatu mata pelajaran, tujuan secara umum meningkatkan kualitas pendidikan dengan obyek siswa yang berbeda baik kemampuan kognitifnya maupun kemampuan memiliki sumber pelajaran. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media LKS Gambar berstruktur dalam proses Cooperatif Learning model Inside-Outside-Circle. Oleh karena itu IPS. Sejarah khususnya dipandang sebagai suatu sistem, maka diutamakan disini adalah proses dalam pembelajaran, ini sangat relevan dengan Pembelajaran Kontekstual (CTL). Implementasi dari pendekatan ini memberikan indikasi bertambahnya minat belajar, membuka wawasan siswa jauh ke depan bagaimana pentingnya belajar sejarah. Dalam hal ini pelaksanaan karya tulis pada SMP Model Madani Palu Inyaalah akan memberikan kostribusi pengembangan sekolah tersebut wabilkhusus dalam proses pemeblajaran Sejarah yang dipandang kebanyak orang atau oleh siswa itu sendiri sebagai mata pelajaran yang kurang penting.. Pendidikan yang berorientasi pada Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi siswa untuk menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada wawasan kompetensi dan paling tidak kalah pentingnya dalam Pembelajaran Sejarah tidak konvensional tetapi membelajarkan sejarah  secara rasional bukan menghafal fakta. Sejarah harus selalu memandang Tri dimensinya yaitu masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang  maka dalam pembelajarannya bagaimana membelajarkan siswa dengan melihat kenyataan sejarah masa lalu untuk dipelajari masa kini demi kehidupannya masa yang akan datang. “Historia Magistrata Vitae” artinya Sejarah adalah guru besar dalam kehidupan ummat manusiai.

I . PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, tentu tidak terlepas dari berbagai potensi atau beberepa komponen pendidikan yang saling berkaitan dan memerlukan pengamatan terhadap semua tatanan komponen pendidikan, guru yang diduga memiliki konstribusi signifikan terhadap  mutu pendidikan di Indonesia.dan siswa harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan social tertentu, jenis kegiatan, dan fasilitas yang cukup.
      Dari pengamatan potensi yang ada, maka yang amat penting adalah kemampuan guru mengelolah proses pembelajaran secara baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang terkonsep dalam kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah, adalah potensi yang amat integral terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Dan guru sebagai dinamisator  kurikulum dan bahan ajar  dan penggunaan fasilitas yang ada.
                  Kemampuan guru yang dimaksud adalah segenap wawasan, inovatif, dan keterampilan menata dan mengelolah segala elemen yang berhubungan dengan proses pembelajaran termasuk keterampilan menggunakan media pembelajaran secara optimal dan bahkan guru harus mampu berinovatif yang menunjang tercapai tujuan tersebut.
      Berdasarkan paparan diatas, jelaslah bahwa untuk meningkatkan minat belajar peserta didik, guna mencapai tujuan belajar yang maksimal, maka guru dituntut untuk berkreatif, berinovatif, seperti memperkenalkan media-media yang baru dan dan sangat dituntut untuk menciptakan media. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang ditempuh dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya terhadap perolehan nilai belajar siswa untuk mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Model Madani adalah penggunaan media/alat berupa LKS gambar (Chart) berstruktur dalam proses belajar mengajar bahkan akan dibentuk sebuah wahana dalam bentuk Musium Mini sebagai tempat proses pembelajaran, karena kemampuan siswa menerima materi pelajaran memiliki tipe belajar siswa yang berbeda, yakni tipe belajar visual, auditif, tipe psikomotor, dan tipe campuran.
      Selain dari itu pemerintah selalu berusaha bagaimana meningkatkan kemampuan guru dengan mengadakan, baik yang istilah penataran di masa Orde Baru sampai sekarang dengan disebut pelatihan guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi yang dirancang berdasarkan kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh guru. Adapun unsur pokok dalam program tersebut adalah terintegrasinya bidang-bidang ilmu dan aspek-aspek yang membentuk kompetensi guru yang di dalamnya terdapat berbagai Strategi pembelajaran seperti yang dikenal sekarang Pembelajaran Kontextual Teaching And Learning (CTL) dan senapas dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sekarang sudah melahirkan KTSP  yang akan menciptakan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Kata Media berasal dari kata Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam Bahasa Arab, media adalah perantara (ﻠﺀﺎﺳﻭ).(Azhar Arsyad 2002:3)
       Heinich, dkk (1982) Mengemukakan istilah Medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto radio, rekaman audio, gambar yang diprokyeksikan , bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Dan apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. (Azhar Arsyad 2002:4)
            Istilah media pendidikan mengandung pengertian sebagai konsep integrative approat atau pendekatan terpadu dalam desain instruksional. Ini berati bahwa tanpa penggunaan media, maka penyampaian materi akan mengalami hambatan. Dapat dirasakan pula bahwa pembelajaran yang memanfaatkan media akan lebih banyak memberikan motivasi belajar bagi siswa di kelas. Oleh karena itu media tidak dapat dipisahkan dalam proses pemebelajarn di kelas.
            Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar atau illustrasi, sketsa/gambar garis, gerafik, bagan, Chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan illustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek atau situasi, hal ini sangat relevan dengan pembelajaran Contextual Teacing and Learning dimana siswa didekatkan pada pemebelajaran dalam kaitannya dengan kenyataan.
            Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah Konsep Belajar yang membantu Guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa  dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan  yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menegah,2003:1)
CTL dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran, yakni :
1.      Konstrutivisme
2.      Bertanya ( Questioning)
3.      Menemukan (Inquiri)
4.      Masyarakat Belajar (Learning Commonity)
5.      Permodelan (Modeling)
6.      Refleksi Reflektion)
7.      Penilaian Sebenarnya Autentic Asessmen).
      (Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menengah,2003:10)
            Dalam penerapan Cooperatif Learning dipilih satu model pembelajaran dari berbagai model-model pembelajaran seperti Model Jigsaw dan Numberel Heads Together, dan Insise – Outside – circle harus disesuaikan dengan materi yang akandisampaikan, maka yang akan dipilih untuk dalam penulisan ini adalah Inside-outside-circle uantuk menarik minat dan peningkata pemahaman pembelajran Sejarah.
            Melalui penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside – Outside - Cirle siswa dapat memperluas wawasan penganlisaan melalui gambar dan saling membantu, saling tukar menukar pengalaman atau pemikiran untuk memperdalam pengetahuan dengan saling mengiformasikan pengetahuan dan saling menghargai pendapat diantara sesama teman temannya.
            Penggunaan media pendidikan hendaknya bukan hanya sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu dapat membantu siswa dalam proses belajar baik sebagai individu maupun kelompok, dengan demikain guru harus menyadari dirinya, profesinya secara jelas dan mendalam sehingga kompetensi dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
            Bedasarkan hala-hal tersebut diatas maka penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang efektif untuk mangatasi masalah yang umum menilai pembelajaran Sejarah sebagai suatu bidang ilmu yang tidak penting yang secarah mutlak nilai pemblajaran Ilmu sosial khususnya Sejarah rendah. Melalui penerapan ini dengan bersumber pada media dapat dilihat secara langsung dengan pengamatan dan saling tukar informasi, saling harga menghargai jauh lebih bermakna dari pada pembelajaran yang secara kompensional secara monoton metode retorika ceramh.
             

B.  Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang  tersebut di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah yang dapat menghambat proses belajar mengajar, dengan rumusan sebagi berikut :
  1. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan daya tarik atau minat belajar siswa terhadap Mata IPS Sejarah 
  2. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan Daya serap dan perolehan nilai terhadap mutu pelajaran PS Sejarah
  3. Bagaimana kemampuan guru menggunakan media  dalam proses belajar mengajar PS Sejarah.

C.  Hipótesis Tindakan

            Berdasarkan rumusan permasalan diatas, maka penulis memperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang diterapkan dalam penulisan ini merupakan salah satu aletrnatif dalam upaya meningkatkan daya tarik/minat belajar siswa  untuk mebuka wawasan siswa bagaimana pentingnya belajar sejarah uantuk dimasa depan yang akan mempengaruhi peningkat proleha nilai bajar siswa.


D.    Tujuan Penelitian

Dengan berbagai permasalahan dalam pendidikan khususnya pembelajaran IPS Sejarah, mengakibatkan rendahnya pencapaian ketuntasan belajar atau daya serap siswa tidak maksimal. Oleh karena itu kepada guru sebagai pengelolah kegiatan belajar perlu mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.                                                                 Melalui penulisan  ini diharapkan dapat membantu untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar. Dengan demikian melalui tulisan  ini tujuan yang diharapkan adalah :
1.  Mengetahui penggunaan media LKS gambar berstruktur dapat/tidak meningkatkan daya tarik atau minat belajar IPS Sejarah.                                                                
2. Mengetahui pengaruh penggunaan media/ alat Bantu gambar terhadap usaha peningkatan mutu pendidikan di SMP Model Terpadu palu
  1. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berinovatif atau dapat menciptakan nuansa baru dalam kegiatan proses belajar mengajar                                                                                                                                                                        
E.  Manfaat Penelitian  
            Pelaksanaan penulisan ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berarti bagi perorangan dan istitusi berikut :
1. Bagi guru :                                                                                                                      Yakni guru dapat mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan media LKS Gambar Berstruktur model Inside-Outside-Circle sebagai langkah dalam Pembelajaran.                                                                             
2. Bagi siswa :                      
            Yakni dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah setelah  digunakan media tersebut sebagai alat Bantu untuk dapat menganlisa dan mebuka wawasan dan saling menghargai
3. Bagi SMP Model Madani
            Yakni akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Sejarah.




















II. KAJIAN PUSTAKA

1.      Pembelajaran Sejarah sebagai wahana wawasan pemikiran kedepan dengan Learnig Commoniti yang lebih dikenal Coopertive Learning.

              Banyak kalangan yang menilai pelajaran Sejarah hanya merupakan megingatkan masa lalu yang tidak sebagian kecil bahkan melahirkan suatu dendam komoniti terhadap sesuatu atau individu, masa, atau komnitas lainnya yang secara mutlak akan melahirkan kompik yang berkepanjangan. Wabilkhusus kalangan siswa atau generasi muda kita yang kita hadapi sebagai seorang guru menganggab Pelajaran Sejarah hanya sebuah cerita masa lalu yang menjadi beban hapalan yang tidak mempunyai arti sehingga muncul dalam sebuah promosi Permen di media elektronik yaitu Poertanyaan oleh serang Guru SejarahAnak-anak kenapa Pattimura dapat tertangkap” dijawabnya dengan nada spontanitas dan rasa malu-malu ataukah sinis ”takdir pak” . Dan lebih mengurangi minat belajar siswa dengan adanya kebijakan pemerintah dalam merancang pendidikan dengan hanya 3 mata pelajaran dalam Ujian Nasional meberikan dapak kurang termotivasi siswa terhadap pelajaran diluar Ujian Nasonal karena menjadi kebanyakan siswa meniali Belajar itu hanya sebagai persiapan untuk menghadai Ujian, pada hal pada hakekatnya belajar adalah untuk dibutuhan dalam kehidupan di masa yang akan datang, maka disinilah letaknya peranan Mata Pelajaran Sejarah.
              I Gde Widja dalam Idrus (PTK)(2005 : 6) mengemukakan bahwa kalau dicermati praktek-praktek pengajaran Sejarah di Sekolah, sering memunculkan kesan tidak menarik bahkan cendrugan membosankan, karena guru Sejarah hanya hanya memberikan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka. Pelajaran Sejarah hanya pengulangan pelajaran sejak dari SD sampai Perguruan Tinggi, model dan teknik pengajarannya hanya monoton atau tidak pernah berubah, sehingga lahirlah kesan bahwa mengajar sejarah itu sangat mudah.
              Sanusi dalam Idrus (2005 : 6) berkesimpulan bahwa para siswa umumnya mempelajari sejarah hanya karena akan diujikan dan semata-mata untuk memperoleh nilai yang baik. Oleh karena itu sangat dituntut seorang guru lebih banyak berinovati dalam rangka ememksimalkan hasil pembelajaran. Guru sejarah khususnya harus mempunayai kompetensi yang tinggi untuk dapat memahami bagaimana pembelajaran seharusnya, memahami sejarah itu dalam rangaka megambil hikmanya apa yang seharusnya yang dilakukan kedepan (Historia Magistrata Vitae). Sejarah adala Guru besar dalam kehidupan manusia.
              Untuk menarik minat belajar siswa guru sejarah harus meningkatkan cara mengajanya dengan menggunakan berbagai startegi dan lebih memahami dimensi sejarah itu sendiri. Penerapan strategi atau model-model yang tepat sesuai dengan materi atau situasinalnya akan memberikan dampak yang maksimal terhadap hasil pembalajaran, sehingga Sartono Kartodirjo dalam I Gde Widja dalam Idrus PTK (2005 ; 7) berpendapat bahwa sejarah dapat berfungsi dalam pendidikan apabila menyesuaikan dengan situasi sosial dewasa ini, dan jika Studi sejarah terbatas pada pengetahuan fakta-fakta maka akan manjdi steril dan mematiakan minat terhadap sejarah. Seiring dengan pola pikir tersebut, I Gde Widja dalm Idru PTK (2005 : 7) menganalisis lebih lanjut bahwa bahwa dalam prosfektif baru, pendidikan sejarah itu harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Eksistensi palajaran sejarah hanya sebuah pelajaran yang menjadi beban siswa untuk menghapal pakta menajdi pile-pile menberatkan memori kan menjadi errol, ketika guru tidak membuka alam pikiran siswa dengan melihat kenyataan sejarah sebagai pembelajaran di masa yang akan datang. Dimensi Sejarah yang dikenal Tri dimensi Sejarah yaitu belajar dari masa lalu penerapan masa kini merai prestasi  dalam rangka mencapai prestise masa akan datang.
              Muslimin Ibrahim (2000 : 15) Pengalaman memberikan banyak sumbangan terhadap apa yang dipelajari seseorang.
              Dalam pembelajaran sejarah harus melibatkan siswa secara keseluruhan dengan tidak hanya berdasarkan satu pendekatan pembelajaran tetapi menerapkan berbagai model pembelajaran. Untuk melibatkan siswa secara maksimal tepat menggunakan Coperatif Learnig. Sebagaimana dikemukakan Muslimin Ibrahim (2000 : 15)  Salah satu efek penting model pembelajaran koopertif ialah penerimaan yang luas terhadap orangyang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, mapun ketidak mapuan.

2. Model Inside-outside-Circle dalam Pembelajaran Coopertive learning sebuah solusi untuk menarik   minat belajar siswa.
          Kata Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu ; gairah; keinginan.
Sesuatu yang sangat dinginkan memungkinkan seseorang untuk melakukan usaha yang keras untuk mencapainya dan ketercapain itu pasti yang diharapkan adalah hasil yang maksimal.           
          Sardiman (2005 : 21) yang dimaksudkan Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berati usaha nengubah tingka laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi berbentuk kecakapan , sikap, pengertian, harga diri, minat, watak penyesuaian diri.
          Beberapa rumusan tentang belajar dikemukakan oleh Rusyam, dkk (1992 : 7-9)
a.       Belajar adalah suatu proses perubahan tingka laku.
b.      Belajar adalah motivasi atau mempertegas kelakuan melalui pengalaman.
c.       Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingka laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengembangan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuandan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan.
Mianat Belajar adalah sesuatu yang dinginkan terjadi suatu perubahan yang maksimal, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut menjadi yakin dapat memaksimalkan minat dengan menerapkan Model Inside-outside-circle dalam Pembelajaran Coopertive learning.
Penulisan ini mengambil Pembelajaran Coopertive learning karena memiliki dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa sebagai mana Tanewy Gerson Ratumanan .
Inside- Outside-Circle
Model Inside-Outside-Circle yang biasa disebut Lingkaran kecil lingkaran besar atau kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar adalah sala satu model pembelajaran dari 14 model dikembangkan dalam Anita Lie (2004 : 55 – 71). Model Inside-Outside-Circle di kembangkan oleh Spenser Kagang dalam Anita Lie (2004 : 65) Untuk memberikan kesmpatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagai mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, Agama, Matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan tekhnik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan infomasi antar siswa.
Anita Lie (2004 : 65) Salah satu keunggulan teknik adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengeloh informasi dan meningkatkan keterampilan berkomonikasi.
Langka-langka penerapan model Inside-Outside-Circle menurut Anita Lie 92004 : 65) sebagai berikut  :
          Lingkaran Individu
1.      Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
2.      Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
3.      Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4.      Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatka pasangan yang baru untuk berbagi.
5.      Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya.
          Lingkaran Kelompok
1.      Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar. Kelompok yang lain berdiri di lingkaran besar.
2.      Kelompok berputar seperti prosedur Lingkaran Individu yang di jelaskan di atas dan saling berbagi.