Muh. Yusuf
Senin, 05 Desember 2016
Selasa, 04 Oktober 2016
Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial antara Ruang Dan Waktu
Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial antara
Ruang Dan Waktu
Salah
satu permasalahan dalam proses pemebelajaran di sekolah adalah kurangnya
motivasi siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, hal ini disebabkan
kurang mengerti dan memahaminya makna Ilmu Pengetuan Sosial itu sendiri,
artinya siswa tidak paham maksud dan tujan belajar IPS. Oleh karena itu perlu
pengetahuan awal kepada siswa tentang bagaimana pentingnya belajar Ilmu
Pengetahuan social dalam kehidupan kita sebagai manusia.
Geografi
secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu GĂȘo
artinya Bumi, dan Graphein artinya tulisan, atau menjelaskan, grafik juga
artinya gambaran. Jadi Ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta
persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di atas permukaan bumi. Geografi lebih dari sekadar kartografi, studi tentang
peta. Geografi tidak hanya menjawab apa, dan di mana di atas muka bumi, tapi
juga mengapa di situ, dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan
lokasi pada ruang. Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam
atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang
terjadi itu. Dalam hal ini siswa harus pahami tentang bumi sehingga
memberikan gamabaran kepada siswa pentingnya mengetahui tentang letak yang
strategis atau keadaan tanah atau secara geologi dalam rangka kelangsungan
kehidupan, baik secara ekonomi maupun soaial budaya.
Sejarah
secarah etimologinya berasal dari bahasa Arab yaitu Assajarah artinya pohon,
artinya phon dalam hal ini dianalogikan kehidupan manusia gambaranya adalah
pohon. Secara terminology adalah tentang peristiawa masa lampau yang kaitannya
dengan kehidupan manusia. Dalam pelajaran sejarah berbicara tentang
waktu. Kata waktu atau masa, dalam kitab suci Alquraan bahwa waktu atau masa
itu dijelaskan bagaiman pentingnya dalam kehidupan manusia bahkan disebutkan
bahwa manusia dalam keadaan merugi ketika tidak menggunakan waktu dengan baik,
Al’ Ashr 1-3. Belajar Sejarah salah satunya bagaimana menghargai waktu, apakah
sebagai sumber pembelajaran ataupun bagaimana mengaplikasikan kehidupan dengan
penggunaan waktu yang efektif dan efisien. Belajar masa lalu sangat penting
untuk mengaplikasikan kehidupan baik secara ekonomi, social budaya, dan mapun
politik. “Historia magistrate vitae artinya pengalaman adalah guru
besar dalam kehidupan manusia. pandangan sejarah disampaikan Ir. Soekarno, yatu
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawan”,
Soekarno dalam ungkapany :“Jasmerah, yang artinya–Jangan sekali-kali melupakan
sejarah”. Apa yang disampaikan Pandangan presiden pertama Indonesia tentang
sejarah tersebut selain untuk membangkitkan semangat nasionalisme, juga manfaat
fungsi dari sejarah sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbee, yakni “To
study history is to built history”, atau “belajar tentang sejarah untuk
membangun sejarah”.
Sejarah
sebagai Ilmu Sebagai ilmu, siapapun dapat menulis sejarah dan siapapun dapat
menjadi seorang sejarawan, selama hasil penulisannya tentang sejarah dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Maka
belajar Geografi dan Sejarah sebagai dimensi ruang dan waktu terdapat
didalamnya bagai mana mengaplikasikan kehidupan manusia secara ekonomi dan
soaial. Nah disini ssiswa harus juga menerti tentang ILmu Ekonomi dan Sosial.
- Mengetahui suatu tempat yang baik, strategis, atau
hubungan manusia dengan alam dalam kehidupan, belajar dari ilmu Geografi.
- Belajar Ilmu Ekonomi bagaiman manusia memenuhi
kebutuahan sebagai alat pemuas kehidupannya dalam konteks duniawi.
- Belajar dalam ilmu Sosial, bagaimana manusia melangsungkan
kehidupannya dengan hubungan baik sesama manusia.
- Belajar dari Ilmu Sejarah, bagaimana kehidupan
masa lalu sebagai sumber pemebelajaran masa kini sehingga dapat
mengaplikasikan cara hidup di masa kini demi merai kebahagiaan di masa
akan dating. Blajar masa lalu untuk merai prestasi masa kini demi merai
prestise masa akan datang.
Intinya
belajar Ilmu Penetahuan sangat dibutuhakan dalam kehidupan manusia. Dimensi
Ilmu Pengetahuan soaial ada dalam ruang dan waktu, sedang manusia ada di
dalamnya dan suatu saat akan keluar dari ruang dan waktu itu dalam bentuk dunia
dan masuk dalam ruang dan waktu yang abadi.
Siswaku (Khusus Kepadanya) yang tercinta mari belajar dan
belajar kapan dan diman kita berada karena kita berada dalam ruang dan waktu
OK. Wassalam
MY.
Manguluang…salam ruang dan waktu.
Senin, 03 Oktober 2016
Minggu, 15 Mei 2016
Model Pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.
Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Discovery Learning ialah bahwa pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Discovery Learning dapat:
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Model pembelajaran discovery learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:
Menentukan tujuan pembelajaran
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
Memilih materi pelajaran.
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
Penilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Langganan:
Postingan (Atom)